Jumat, 27 Desember 2013

Kisah Pohon Apel

Ada sebatang pohon apel yang cukup besar dan anak laki-laki yang senang bermain-main disekitarnya . Anak laki-laki itu senang memanjat pohon tersebut hingga ke pucuknya . Ia memakan buahnya dan tidur-tiduran di bawah rindang daunnya . Ia sangat mencintai pohon apel itu , demikian pula sebaliknya .
Waktu terus berlalu . Anak laki-laki itu telah tumbuh besar dan tak lagi bermain-main dengan pohon apel tersebut . Setelah sekian lama , ia baru mendatangi pohon apel tersebut . Langkahnya gontai , wajahnya sedih .”Ayo bermain lagi denganku!” ajak pohon apel .“Aku bukan anak kecil lagi yang suka bermain-main dengan pohon ,” jawabnya , “aku ingin sekali memiliki mainan , tapi aku tak punya uang untuk membelinya .”
Pohon apel itu menyahut ,”Aku pun tak punya uang . Tapi kau boleh mengambil semua buahku dan menjualnya . Dengan begitu , kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kesukaanmu .”Anak laki-laki itu sangat senang . Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon tersebut dan pergi dengan penuh suka cita . Namun , setelah mendapat apa yang diinginkannya , ia tak pernah lagi terlihat . Pohon apel itu kembali bersedih . L
Suatu hari yang panas , anak laki-laki itu terlihat kembali . Pohon apel sangat senang J melihatnya datang . “Ayo bermain denganku lagi!” ujarnya . “Aku tak punya waktu ,” jawab anak laki-laki itu . “Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal . Maukah kau menolongku ?”.”Maaf , aku pun tak memiliki rumah . Tapi kau boleh menebang semua dahan dan rantingku untuk membangun rumahmu ,” kata si pohon apel . Anak laki-laki itu setuju . Ia kemudian menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira . Pohon apel itu juga merasa bahagiaJ melihat anak laki-laki tersebut senang . Namun , setelah mendapatkan apa yang ia inginkan , anak laki-laki itu tak pernah kembali lagi . Pohon apel itu lagi-lagi merasa sedih dan kesepian .
            Pada suatu musim kemarau , anak laki-laki itu menampakkan dirinya . Pohon apel itu sangat senang menyambutnya .  “Ayo bermain denganku lagi!” ujarnya seperti puluhan tahun sebelumnya . “Aku sedih ,” kata anak laki-laki itu ,”aku sudah tua dan ingin hidup tenang . Aku ingin pergi berlibur dan berlayar . Maukah kau memberiku sebuah kapal untuk bersiar ?” Pohon apel itu menghela nafas panjang . “Maaf ,” ujarnya , “aku tak punya kapal . Tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membangun kapal yang kau mau . Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah !” Tak banyak pilihan , anak laki-laki itu memotong batang pohon apel tersebut dan mengubahnya menjadi kapal . Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah terlihat lagi .
Musim bergulir , tahun berganti . Suatu hari , anak laki-laki itu datang kembali menemui pohon apel setelah bertahun-tahun tak bersua . “Maaf anakku,” pohon apel itu berkata lirih , butir-butir air menetes dari pelupuk matanya , “aku tak memiliki apa-apa lagi yang bisa kuberikan padamu . Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini .”
“Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” jawab anak laki-laki itu .”Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat . Aku sangat lelah setelah sekian lama menjelajah dunia.”
“Oh baguslah kalau begitu . Tahukah kau , akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat . Mari , berbaring dipelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang .” Anak laki-laki itu menurut . Ia lalu berbaring di pelukan akar-akar pohon apel dan mengistirahatkan tubuh serta jiwa . Pohon apel itu sangat gembira . Bibirnya tersenyum , matanya berkaca-kaca .  
Pohon apel itu ibarat orangtua kita . Ketika masih anak-anak , kita senang bermain-main dengan mereka . Ketika beranjak dewasa , kita mulai meninggalkan mereka , dan hanya pulang ketika memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan . Tapi , seakan tak peduli , orangtua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan agar kita bahagia .

Kita mungkin berpikir bahwa anak laki-laki itu bersikap tak semestinya terhadap si pohon apel . Namun kadang seperti itulah cara kita memperlakukan orangtua . Karenanya , mulai hari ini , cintailah orangtua kita . Berbaktilah kepada mereka . Katakan bahwa mereka adalah karunia Allah yang paling berharga dalam hidup kita .

0 komentar: